Mengenai Saya

Foto saya
SOLO, JAWATENGAH, Indonesia
Alhamdulillah dipercaya sebagai seorang guru, masih dan akan selalu belajar agar senantiasa menjadi lebih baik.

Kamis, 02 Februari 2012

Anjuran Shalat Berjama’ah


Pertama-tama perkenankan dalam kesempatan yang baik ini saya mencoba untuk mengajak diri saya dan kalau mungkin para hadirin sekalian untuk meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT, karena iman dan takwalah yang menjadi barometer keutamaan seseorang di sisi-Nya kelak.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, dua pakar hadis yang paling kridibel, Rasulullah menyampaikan tentang keutamaan shalat berjamaah:

Artinya: “Shalat berjamaah lebih utama 27 kali dibanding dengan shalat yang dilakukan sendirian”.

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah menyampaikan,

Artinya: “Siapa yang melakukan shalat isya dengan berjamaah, maka dia seolah-olah melakukan shalat sepanjang paruh malam. Dan siapa yang melakukan shalat subuh berjamaah, maka seolah-olah dia telah melakukan shalat seluruh malam”.

Hadis di atas memberitahukan kepada kita, betapa  besarnya pahala yang akan diterima oleh orang yang melakukan shalat secara berjamaah. Bahkan, Rasulullah SAW menjamin kalau kita melakukan shalat berjamaah, maka pasti shalat kita akan diterima oleh Allah SWT. Hal ini tentunya berbeda dengan shalat yang kita lakukan secara sendiri. Sayangnya, terlalu banyak di antara kita yang tidak memahami apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW ini.

Pentingnya shalat berjamaah ini juga dapat dipahami dari penjelasan Rasulullah yang memerintahkan kepada seseorang untuk melakukan shalat berjamaah, sekalipun orang tersebut sudah melakukan shalat sendirian. Hal ini disampaikan dalam sebuah hadis yang riwayatkan oleh Abu Daud dan Al-Hakim:

Artinya: “Jika kalian telah melakukan shalat (fardlu) dalam sebuah perjalanan kalian, kemudian kalian mendapati imam belum melakukan shalat, maka shalatlah bersama imam itu. Sedangkan shalat yang telah kamu lakukan itu dianggap sebagai shalat sunnah”.

Berdasarkan hadis di atas, dengan sebab shalat berjamaah, sebuah shalat fardhu berubah menjadi shalat sunnah. Oleh karena itu, Rasulullah SAW sejak dini sudah memberikan peringatan (warning) kepada kita agar selalu melakukan shalat secara berjamaah. Hal ini juga dengan tegas disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah sabdanya,

Artinya: “Tidak terdapat tiga orang dalam sebuah desa atau sebuah pedukuhan yang tidak melakukan shalat berjamaah, melainkan mereka akan terjajah oleh setan. Oleh karenanya, lakukanlah shalat dengan berjamaah, karena sesungguhnya serigala itu hanya akan dapat memangsa kambing-kambing yang menyendiri yang keluar dari kelompok-kelompoknya.”

Ternyata, peringatan Rasulullah tidak hanya berhenti sampai di situ. Bahkan dengan tegas Rasulullah mengancam mereka yang tidak mau melakukan shalat berjamaah, akan dibakar rumahnya. Ini disampaikan oleh hadis Rasulullah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim,

Artinya: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh aku akan memerintahkan orang untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan muadzin mengumandangkan adzan, dan aku suruh seseorang untuk menjadi imam, sementara aku akan keluar mendatangi rumah yang di dalamnya terdapat orang yang tidak melakukan shalat berjamaah, kemudian akan aku bakar rumahnya”.

Mengetahui hal ini, terlalu aneh kalau kita tidak pernah memberikan perhatian untuk melakukan shalat berjamaah. Padahal, Rasulullah menyatakan bahwasannya antara manusia muslim yang satu dengan muslim lainnya itu haram hukumnya untuk menumpahkan darah dan menggangu kehidupannya, termasuk menghilangkan harta bendanya. Akan tetapi, untuk sebuah shalat berjamaah, Rasulullah dengan tegas menyampaikan, bahwa harta seseorang akan dibakar oleh Rasulullah ketika orang itu tidak mau melakukan shalat berjamaah. Ini artinya bahwa shalat berjamaah itu jauh lebih penting daripada dunia dengan segala macam isinya.

Rasulullah tidak hanya sebatas menyampaikan agar kita tidak hanya melakukan shalat berjamaah saja. Di atas semuanya, ternyata Rasulullah masih memerintahkan kita untuk mengejar shaf yang paling depan. Dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh Imam Bukhari dan imam Muslim, Rasulullah bersabda:

Artinya: “Seandainya manusia itu tahu keutamaan mendatangi (masjid) di waktu adzan dan keutamaan shalat di baris yang paling depan, kemudian ternyata dia tidak mendapatkan kecuali harus membayar dan harus dilotre maka yakin orang itu akan berebut untuk membayar dan ikuti lotre itu”.

Sayangnya, kita tidak pernah memahami pesan-pesan moral Rasulullah SAW ini. Padahal di dalam sabdanya yang lain Rasulullah juga tidak segan-segan mengingatkan kita,

Artinya: “Sungguh Allah dan para malaikatnya menyampaikan shalawat kepada orang-orang yang melakukan shalat di shaf pertama. Oleh karenanaya, luruskanlah shaf-shaf kalian, kemudian rapatkanlah barisan kalian, karena sungguh setan itu akan menyela-nyelai kalian dan masuk berada di barisan kalian, seperti kambing kecil yang masuk di antara kerumunan kambing yang lainnya”.

Anjuran Rasulullah SAW untuk melakukan shalat berjamaah itu ternyata sangat diperhatikan oleh para sahabat dan ulama-ulama pilihan pada zaman dahulu. Oleh karenanya, di bawah ini ada beberapa cerita yang menarik untuk kita renungkan bersama. Konon diceritakan, ketika Umar bin Khatab sedang istirahat di kebunnya, menikmati semilirnya angin yang berhembus, sampai beliau tertinggal berjamaah shalat ashar. Begitu shalat selesai, orang-orang pulang dari masjid, baru beliau sadar sudah ketinggalan shalat berjamaah. Apa yang dilakukan oleh Umar bin Khatab? Untuk menebus keteledorannya tidak berjamaah, ternyata kebunnya yang begitu luas itu diberikan kepada orang sebagai bagian dari tebusan atas kesalahannya.

Sementara itu, Umar yang kedua dalam julukan persepsi hukum Islam, yakni Umar ibnu Abdul Aziz, apabila tertinggal tidak melakukan shalat berjamaah, maka beliau akan shalat sepanjang zhuhur sampai bertemu ashar, tidak pernah berhenti untuk menutupi kekurangannya itu.

Hal ini juga dilakukan oleh seorang ulama yang bernama Muhammad ibnu Sama’ah, salah seorang ulama generasi tabiin. Diceritakan bahwa suatu saat beliau tertinggal shalat berjamaah. Padahal, selama tidak kurang dari empat puluh tahun, beliau selalu shalat berjamaah di baris terdepan. Akan tetapi, pada saat itu beliau tertinggal dari shalat berjamaah. Apa yang dilakukan? Menyadari keteledoran itu, beliau melakukan shalat dua puluh tujuh kali sebagai ganti ketertinggalannya melakukan shalat berjamaah. Begitu selesai karena kelelahan, beliau kemudian tertidur. Ternyata, di dalam tidurnya itu beliau seolah-olah didatangi seseorang yang mengatakan, bahwa pahala dua puluh tujuh kali nilai shalat berjama’ah, itu tidak dapat diperoleh dengan shalat sebanyak apapun.

Bagaimana Hatim al-Ashram, salah seorang ulama generasi tabiin, pernah juga tertinggal melakukan shalat berjamaah. Ternyata, guru beliau,  Abu Ishak, datang berta’ziah kepadanya, sehingga membuat Imam Hatim al-Ashram ini kaget, guru datang untuk berta’ziah. Dia bertanya, siapa yang meninggal, sehingga engkau berta’ziyah? “Engkau, karena engkau sudah mati dengan meninggalkan shalat berjamaah.” Imam Hatim berkata, “Demi Allah, seandainya anak saya yang meninggal, saya yakin seluruh negeri akan berta’ziah, tetapi justru ketika saya yang meninggal, tidak ada satupun yang berta’ziah.” Ini justru membuktikan, bagaimana Imam Abu Hatim dan seluruh penduduk negeri itu tidak pernah berperhatian kepada shalat berjamaah. Sehingga menurut pandangan beliau dan gurunya, meninggalkan shalat berjamaah seolah-olah ruhnya sudah meninggal.

Ada kisah tentang Abu Bakar al-Shiddiq, manusia yang paling dipuji oleh Rasulullah SAW. Ketika beliau shalat berjamaah bersama Rasulullah, beliau mencoba mencari di manakah anaknya. Ternyata, beliau tidak menemukan anaknya. Begitu shalat selesai, ternyata dari jauh anaknya berlari untuk mendatangi shalat, tetapi shalat sudah usai. Seolah-olah melihat musuh yang diserang, Abu Bakar al-Shidiq segera mendatangi dan memegangi anaknya, “Kenapa kamu sampai terlambat?” “Maafkan aku ayah, istriku sedang sakit. Aku mengantarnya ke tabib.” “Kalau shalat berjamaah tertinggal karena istrimu, talak istrimu sekarang juga!” Seperti kita ketahui, perbuatan halal yang sangat dibenci oleh Allah adalah talak (cerai). Namun, ketika sudah dihadapkan dengan shalat berjama’ah, ternyata talak tidak ada artinya apa-apa. Ini artinya bahwa posisi shalat berjamaah begitu penting, sampai-sampai ketika istri menghalangi seseorang untuk melakukan shalat jama’ah, ia dibenarkan menjatuhkan talak kepada istrinya.

Contoh-contoh di atas sangat baik untuk dijadikan cermin, sehingga kita dapat melaksanakan tuntunan dan anjuran Rasulullah SAW. Mudah-mudahan, kita termasuk dalam kelompok umat Rasulullah SAW yang diridhai Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar